Oleh Yogatriana
Putri Anggini sedang asyik bermain di taman istana. Ia matanya memandangi kupu-kupu yang hinggap di sekuntum mawar merah. Kupu-kupu itu sangat cantik. Putri Anggini mengendap untuk menangkapnya. Namun ketika tangannya menyentuh sayap, kupu-kupu itu eksklusif terbang. Berkali-kali Putri Anggini mencoba, namun kupu-kupu itu selalu terbang dan hinggap di kawasan lain.
Putri Anggini dengan semangat terus mengejarnya. Tanpa disadari ia sudah keluar dari wilayah istana dan tiba di tepi hutan. Tiba-tiba Putri melihat ada sesuatu melekat digaunnya. Ow, ternyata seekor ulat!
Putri Anggini menjerit dan berjingkrak-jingkrak. Kebetulan ia melihat sebatang sapu. Sapu siapa di pinggir hutan? Pikir Putri Anggini. Tapi, ia tak peduli lagi dan segera memukul ulat itu dengan sapu.
Setelah itu, Putri Anggini bergegas kembali ke istana. Ia menceritakan pengalamannya pada ayah ibunya. Namun, ketika Raja dan Ratu melirik sapu di tangan putrinya, keduanya sangat terkejut.
"Celaka, puteriku! Itu sapu milik Nenek Sihir!" seru Raja.
Belum hilang kekagetan mereka, tiba-tiba muncul seorang nenek menyeramkan. Tak salah lagi, itu Nenek Sihir! Sambil merebut sapunya nenek itu menggeram marah.
"Grrrmmm... Dasar anak nakal! Berani-beraninya kamu mencuri sapu ajaibku. Kusihir kau. Hupsalabubsabumsasadieee! jadilah seekor kelinci!"
Putri Anggini yang malang sekarang berubah jadi seekor kelinci putih.
"Hehehe! Anakmu akan pulih kembali, bila memakan wortel biru!" tawa penyihir puas. Ia kemudian terbang entah kemana.
Raja dan Ratu tak sempat berbuat apa-apa. Keduanya meraih anaknya yang sudah berubah wujud itu. Airmata mereka pun bercucuran. Putri Anggini pun menangis pilu ketika tahu dirinya telah menjadi kelinci.
Raja segera mengadakan sayamebara. Bila ada yang dapat menemukan wortel biru, maka akan diberi hadiah emas berkarung-karung. Bila seorang pemuda, akan dinikahkan dengan Putri Anggini.
Pada suatu hari, tanpa ada yang tahu, Putri melompat-lompat keluar. Pergi ketamannya ketika sedang merenung dibawah pohon, datanglah seekor kucing. Putri Anggini ketakutan dan lari menjauh. Namun hatinya tambah ciut ketika ia dihadang oleh seekor anjing. Ia kembali sekuat tenaga. Untunglah ia dapat lolos. Tapi sekarang ia tersesat! Bayak pohon tinggi disekelilingnya juga terdengar bunyi binatang. Ternyata ia berada disebuah hutan!
Putri Anggini menangis sejadi-jadinya.
Siang berganti malam. Malam pergi berganti siang. Putri Anggini semakin tak tentu arah, tak tahu jalan pulang. Suatu sore Putri Anggini si Kelinci, sedang lahap-lahapnya makan rumput. Ia tak tahu jikalau ada sepasang mata sedang mengawasinya. Dan sebuah busur panah siap diluncurkan.
Tiba-tiba putri merasa gelisah. Ia menengok kesana kemari. Terakhir matanya beradu tatap dengan sepasang mata.
Sejenak Putri tertegun! Ditengah hutan ada seorang perjaka gagah?! Namu... Oh, perjaka itu akan memanahnya. Putri gemetar ketakutan.
"Tolong, jangan bunuh aku! Tolonglah! Aku sebetulnya seorang Putri!" pintanya.
Tapi yang keluar dari mulutnya malah, "Ngiik... Ngiik!"
Untunglah perjaka itu megerti jikalau kelinci ini jinak. Ia menurunkan panahnya dan mencoba menangkap putri.
Putri Anggini pasrah saja ketika perjaka itu membawanya pergi.
Ternyata perjaka itu seorang pangeran, berjulukan Pangeran Angga. Putri Anggini ditempatkan dibelakang istana. Pangeran Angga sangat menyayanginya. Ia bahkan memberi makan kelinci itu sendiri dan tidak menyuruh pengawalnya.
Setiap hari ia memberi kelinci jelmaan Putri Anggini wortel-wortel segar.
Namun, beberapa hari belakangan ini pangeran tak tiba membawa makanan. Putri Anggini lemas menahan lapar. Ternyata diistana akan diadakan pesta ulang tahun sang Pangeran. Karena sibuk, Pangeran lupa pada kelincinya.
Begitu teringat pada kelincinya, Pangeran bergegas-gegas lari kedapur istana. Di sana ia mengambil beberapa batang wortel lantaran terburu-buru, kaki pangeran tersandung. Wortelnya meluncur dan tercemplung kedalam gabungan kue, ketika diangkat warna wortel itu telah menjadi biru.
Putri Anggini sangat besar hati ketika Pangeran Angga datang. "Kelinciku sayang, maafkan aku, ya! Sekarang makanlah. Wortel ini tadi tercebur keadonan kue. Itu sebabnya jadi berwarna biru. Tapi lezat kok lantaran ada gulanya," kata Pangeran Angga.
Tentu saja Putri Anggini tidak keberatan, dengan lahap dimakannya wortel-wortel biru itu hingga tandas.
Begitu habis... Whuss! Kelinci menghilang! Tring... Putri Anggini kembali menjadi gadis yang anggun jelita.
Pangeran sangat terkejut sekaligus terpesona. Putri Anggini menceritakan semua insiden yang dialaminya.
Pangeran Angga kemudian mengantar Putri Anggini pulang ke Negerinya. Betapa gembiranya Raja dan Ratu, orang bau tanah Putri Anggini.
Raja menepati janjinya. Pangeran Angga dinikahkan dengan Putri Anggini.***
Sumber http://campusnancy.blogspot.com
EmoticonEmoticon