Tuesday, October 9, 2018

Ujian Nasional Siap Digelar: 8,3 Juta Akseptor Dengan 91 Persen Berbasis Komputer


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyatakan Ujian Nasional (UN) tahun 2019 siap digelar pada bulan Maret--Mei mendatang. Tahun 2019 ini, UN akan diikuti 8,3 juta penerima didik dan 103 ribu satuan pendidikan.

“Sebanyak 91 persen penerima didik siap mengikuti UN Berbasis Komputer (UNBK). Jumlah penerima UNBK tahun ini meningkat signifikan dibandingkan jumlah penerima didik pada penyelenggaraan UN 2018,” disampaikan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Kabalitbang) Kemendikbud, Totok Suprayitno, di Jakarta, Kamis (21/3/2019).

Tercatat sebanyak 8.259.581 penerima UN keseluruhan dengan penerima ujian nasional berbasis komputer (UNBK) sejumlah 7.507.116 (90,9%). Jumlah penerima UNBK meningkat 19 % dari jumlah penerima UNBK tahun lalu. Kemendikbud mengapresiasi tugas serta pemerintah tempat dan masyarakat yang mendukung penyelenggaraan ujian nasional tahun ini.

Terdapat 7 (tujuh) provinsi yang siap menyelenggarakan 100% UNBK pada semua jenjang pendidikan baik formal dan nonformal yaitu provinsi Aceh, Kalimantan Selatan, D.K.I. Jakarta, Gorontalo, Jawa Timur, D.I. Yogyakarta, dan Bangka Belitung.

Pada penyelenggaraan UN tahun 2019 ini terdapat sekitar sembilan persen penerima didik yang melaksanakan UN berbasis kertas dan pensil (UNKP). Saat ini, proses distribusi naskah ke provinsi dan penggandaan naskah telah mencapai 100 persen untuk jenjang SMA/MA/sederajat. Sedangkan untuk jenjang SMP/MTs sederajat proses pencetakan telah mencapai 70 persen (data per 20 Maret 2019).

Ketua Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), Bambang Suryadi memberikan untuk jenjang SMK, ujian nasional akan dimulai pada tanggal 25--28 Maret 2019. Jenjang SMA/MA diselenggarakan pada tanggal 1, 2, 4 dan 8 April 2019. Sedangkan untuk penerima didik yang tidak sanggup mengikuti UN pada tanggal yang ditentukan sanggup mengikuti UN susulan pada tanggal 15 dan 16 April 2019.

Pada jenjang SMP/MTs, UN akan dilaksanakan pada tanggal 22--25 April 2019; sedangkan UN susulan akan diselenggarakan pada tanggal 29 dan 30 April 2019. Untuk Provinsi Papua, Papua Barat dan NTT alasannya ialah tanggal 22 April merupakan hari raya keagamaan, pelaksanaan UN jenjang SMP/sederajat mulai tanggal 23 April, sehingga jadwal menjadi 23, 24, 25, dan 27 April 2019.

Untuk pendidikan kesetaraan kegiatan Paket C, UN dilaksanakan pada tanggal 12, 13, 14, 15, 16 April 2019. Ujian nasional susulan untuk kegiatan Paket C diselenggarakan tanggal 26, 27, 28, 29, dan 30 April 2019. Sedangkan untuk kegiatan Paket B, UN akan dilaksanakan pada tanggal 10, 11, 12, dan 13 Mei 2019. Ujian nasional susulan untuk kegiatan Paket B dilaksanakan pada tanggal 17, 18, 20, 21 Mei 2019.

Kabalitbang memberikan apresiasi kepada kepala tempat dan seluruh jajarannya yang telah mendukung terlaksananya UNBK. "Hakekat UNBK bukanlah memakai komputer, namun ikhtiar penegakan integritas dalam penyelenggaraan pendidikan," tutur Totok.

Kemendikbud memberikan apresiasi dan terima kasih dan penghargaan tertinggi kepada Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo), Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Perusahaan Listerik Negara (PLN), PT Telkom. Serta Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) khususnya Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Syaih Kuala (Unsyiah), dan Institut Teknologi 10 November (ITS) yang turut berkolaborasi menyukseskan penyelenggaraan UN tahun 2019.

*Desain Ujian Nasional*
Tantangan lain dari UN ialah mengujikan soal-soal yang mengukur keterampilan berpikir kritis. "Keterampilan ini sangat diharapkan oleh belum dewasa kita semoga bisa adaptif terhadap perubahan dunia yang begitu cepat,” ujar Kabalitbang.

Meskipun UN mengujikan soal-soal penalaran, namun desain komposisi tingkat kesukaran pada UN 2019 sama dengan tahun 2018. Tidak ada perbedaan komposisi soal antara ujian nasional tahun ini dan tahun 2018. Soal isian singkat berupa bilangan masih berlaku hanya untuk mata pelajaran Matematika jenjang SMK, Sekolah Menengan Atas sederajat.

"Proporsi soal menurut level kognitif masih juga tidak berubah dari tahun lalu, yaitu 10--15% untuk penalaran, 50--60% untuk aplikasi, dan 25--30% untuk pengetahuan-pemahaman," terperinci Totok.

"Jadikan hasil-hasil ujian dan penilaian bagi anak didik sebagai "cermin" yang memberi citra apa adanya, bukan cermin yang menciptakan kita hanya terlihat lebih baik dari keadaan sebenarnya. Kemudian, manfaatkan hasil-hasil penilaian untuk melaksanakan perbaikan secara berkelanjutan," tambah Kabalitbang.

*Hal Baru dari UN*
Kebijakan gres mengenai ujian nasional tahun ini terkait penyelenggaraan UN di tempat terdampak tragedi yaitu di Kota Palu, Kabupaten Donggala, Kabupaten Sigi, Kabupaten Parigi Moutong, Kabupaten Lombok Utara. Ujian nasional dilaksanakan dengan pembiasaan materi ujian sebagaimana kondisi pembelajaran yang terjadi di sekolah-sekolah di tempat terdampak tragedi tersebut.

Hal gres lainnya ialah upaya menggali info non-kognitif siswa melalui angket siswa. Terdapat lima jenis angket untuk siswa yang sanggup dikerjakan usai mengerjakan Ujian Nasional. Setiap siswa hanya perlu mengerjakan satu jenis angket. Pertanyaan di dalam angket terkait indikator sosial ekononomi (pekerjaan dan pendidikan orangtua, kepemilikan barang), Persepsi siswa mengenali bakat-keunggulan diri, impian siswa.

Diharapkan info dari angket tersebut akan menawarkan analisa yang komprehensif mengenai faktor-faktor yang memengaruhi capaian siswa. "Setelah kita dapatkan hasilnya, Kemendikbud akan menyerahkan kepada pihak terkait, khususnya pemerintah daerah, semoga bisa ditindaklanjuti. Kemendikbud akan membantu memfasilitasi," ungkap Totok.

Jakarta, 21 Maret 2019 
Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat 
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Laman: kemdikbud.go.id

Sumber http://supiadi74.blogspot.com


EmoticonEmoticon