Oleh: Mukti Sucipto
![]() |
Gambar ilustrasi. Di sanggup dari Google |
Empat tahun yang kemudian ada sebuah kisah perihal penghuni rumah di pinggir masjid tua. Di depan masjid itu ada dua pohon kelapa sawit yang sudah berumur kira-kira 15 tahun.
Cerita punya cerita, ada seorang perantau dari tempat yang jauh. Dia mengembara dari satu tempat ke tempat yang lain. Saat itu beliau tiba di desa kami pada menjelang magrib. Dia tidak ada tempat untuk tidur, jadi beliau menumpang tidur di masjid itu. Atas izin dari pengurus masjid, kesannya malam itu beliau di izinkan tidur di masjid itu.
Saat jam 10 malam, rasa kantuk sudah hinggap di pelupuk matanya. Dan kesannya di tidur terlelap. Kira-kira jam 2 dini hari, beliau merasa kedinginan. Dia terbangun untuk mengambil selimut yang biasa beliau bawa ke mana-mana. Tapi apa yang terjadi? Dia sudah tidak di dalam masjid lagi. Dia tidak mengenal tempat beliau terbaring.
Otaknya eksklusif mengingat apa yang bahwasanya terjadi. Tapi dari ingatan yang beliau dapat, beliau tidur di dalam masjid.
Di tengah kebingungannya, beliau mencoba berdiri dan ingin mencari tahu dimana beliau berada. Dilihatnya seluruh ruangan sampai kesannya beliau melihat pintu keluar. Dibukanya pintu tersebut. Dia melihat ada sebuah masjid yang di depannya ada dua pohon kelapa sawit.
“Astagfirullah! Aku pindah tempat. Pasti ada yang jail. Siapa gerangan yang berani berbuat menyerupai ini?” ucapnya dalam hati.
Dia berjalan menuju ke arah masjid. Masuk ke dalam masjid itu. Rasa takut dan ingin tahu masih menyelimuti. Hingga tanpa disadari jam sudah menawarkan pukul 4.30. Penjaga masjid sudah mulai berkemas-kemas mengumandangkan azan.
Pagi harinya kira-kira pukul 7 pagi. Pengembara itu bertanya kepada penjaga masjid.
“Maaf, pak. Saya mau tanya” memulai percakapan.
“Iya, ada apa?” jawab penjaga masjid.
“Bapak tadi malam memindahkan saya ke rumah renta itu ya, pak?”
“Astagfirullah! Oh iya, Nak. Bapak lupa. Bapak belum menceritakan kisah ini”
“Kisah apa ya, Pak?”
“Begini” bapak penjaga mulai bercerita “ada kisah bahwa ada kekerabatan dekat antara rumah itu dengan masjid ini. Jadi, setiap ada orang yang tiba ke masjid ini dan tinggal atau menumpang tidur, harus memperkenalkan diri dulu kepada penjaga masjid. Jika tidak, maka akan terjadi hal menyerupai yang kau alami. Bapak lupa tadi malam mau menanyakan nama kamu.”
“Oh iya, Pak. Saya juga lupa. Kita ternyata belum kenalan. Nama saya Ridho.”
“Baiklah Nak, Ridho. Maafkan bapak. Karena bapak, kau jadi pindah ke rumah itu. Hingga kini belum tahu apa penyebab dan siapa yang memindahkan. Semua itu masih menjadi misteri.”
Misteri perihal pindahnya orang yang menginap di masjid masih menjadi misteri. Hingga kesannya kini saya berada di rumah renta itu. Karena bapak penjaga tidak tahu namaku. Walau kami satu desa dan sering bertemu, tapi bapak penjaga sudah mulai pikun, sehingga susah untuk mengingat nama-nama orang.
EmoticonEmoticon