Oleh: Endang Firdaus
Abu tinggal tak jauh dari kebun binatang. Jaraknya kira-kira hanya lima ratus meter. Hari Minggu kemudian Abu pergi ke kebun hewan itu. Saat Abu telah berada di dalam, ternyata ada keributan di situ. Para pekerja kebun hewan berlarian panik. Wajah-wajah mereka tegang. Cepat Abu bertanya ada apa pada seorang pekerja. Katanya dua ekor anak gajah lepas dari kandang.
"Mengapa cemas cuma sebab hal itu?" tukas Abu heran. "Apakah selama ini kebun hewan ini belum pernah mengeluarkan belum dewasa gajah dari kandang?"
Pekerja itu tersenyum ramah. Ucapnya, "Beberapa waktu kemudian kami menerima kiriman dua ekor gajah betina. Satu gajah Afrika kami beri nama Bona, dan gajah India Malina. Kedua induk gajah tak pernah akur. Tapi belum dewasa mereka saling berteman. Anak-anak gajah itu sekarang lepas dari sangkar masing-masing. Lihat di sana. Keduanya asyik bersama."
"Lalu yang menciptakan cemas?" tanya Abu.
Pekerja itu bercerita. Katanya, "Kedua anak gajah itu sangat serupa. Yang membedakan mereka ialah kalung-kalung yang mereka kenakan. Kini kalung-kalung itu telah lepas dari leher-leher mereka. Sekarang kami tak tahu yang mana anak gajah India. Bila kami salah menyatukan kedua anak gajah itu dengan induk masing-masing, akan bahaya. Si induk yang tahu bila yang bersamanya bukanlah anaknya niscaya akan membunuhnya. Itulah yang kami cemaskan. Coba dengar, induk-induk gajah itu bersuara keras memanggil-manggil anak mereka masing-masing."
Abu tercenung. Lalu ia melangkah mendatangi kedua anak gajah. Diperhatikannya gajah-gajah kecil itu. Senyum kemudian menyungging di bibirnya. Abu menemukan bagaimana cara mengatasi itu. Ucapnya, Saya tahu bagaimana menghentikan kecemasan bapak-bapak semua."
"Benarkah?"
"Apa hadiah untuk saya?"
"Akan kami penuhi apapun yang kamu mau."
Abu kemudian mengajak pekerja itu menghampiri belum dewasa gajah.
Katanya pada si Pekerja, "Perhatikanlah kuku-kuku mereka."
"Apa anehnya?"
"Gajah Afrika mempunyai empat kuku pada kaki depannya dan tiga kuku pada kaki belakangnya. Sedang gajah India mempunyai lima kuku pada kaki depannya dan empat kuku pada kaki belakangnya. Periksalah. Setelah itu samakan dengan induk masing-masing."
Pekerja itu terbelalak mendengar klarifikasi itu. Dihampirinya belum dewasa gajah. Diperhatikannya kuku-kuku mereka. Ternyata kaki depan seekor anak gajah berkuku empat dan kaki belakangnya berkuku tiga. Anak gajah yang lain, mempunyai lima kuku pada kaki depannya dan empat kuku pada kaki belakangnya.
Pekerja itu kemudian pergi ke induk gajah Afrika.
Diperhatikannya kuku-kukunya. Kaki depan berkuku empat, kaki belakang berkuku tiga. Ia kemudian ke induk gajah India. Kaki depan gajah itu berkuku lima dan kaki belakangnya berkuku empat. Si perkerja tersenyum lega. "Kau benar, Nak." katanya pada Abu. Pekerja itu kemudian memakaikan kalung-kalung yang berbeda ke leher masing-masing anak gajah. Kalung bertali merah untuk anak gajah Afrika. Kalung bertali kuning untuk gajah India. "Kau tahu dari mana mengenai ciri-ciri gajah-gajah itu, Nak? tanyanya kemudian pada Abu.
"Dari buku ihwal gajah yang pernah saya baca, Pak," sahut Abu.
Si pekerja mengangguk-angguk.
"Mana hadiah untuk saya?" tanya Abu.
"Tunggulah di sini. Akan bapak ambil."
"Jangan, Pak," cegah Abu.
"Saya tidak mau hadiah apa-apa. Tadi cuma becanda. Oya, Pak. Perhatikanlah sekali lagi gajah-gajah itu. Bapak akan menemukan gajah Afrika mempunyai dua buah tonjolan pada belalainya dan gajah India hanya mempunyai sebuah."
Pekerja itu memperhatikan belalai-belalai gajah-gajah itu. Lalu mengangguk-angguk. Katanya, "Benar, Nak. Terima kasih ya atas bantuannya. Untuk anak andal sepertimu ada hadiah khusus buatmu. Bagaimana bila kamu berkeliling kebun hewan ini dengan naik gajah? Kau mau?"
"Wow, menyenangkan sekali! Tentu saja saya mau," seru Abu sangat senang. Ditemani pekerja itu Abu kemudian berkeliling kebun hewan naik gajah. Oh, Asyiknya!***
Sumber http://campusnancy.blogspot.com
EmoticonEmoticon